Sejaksaat itu, monumen yang terletak di pusat Kota Denpasar, menjadi monumen megah yang dapat dikunjungi oleh masyarakat umum. Masa Bali Madya, Masa Penjajahan, hingga Masa Perjuangan merebut Kemerdekaan. Seluruh penggambaran diorama ditampilkan dalam bentuk tiga dimensi dengan dilengkapi berbagai model boneka manusia, binatang, dan
SejarahSingkat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pertama kali pada 17 Agustus 1945 yang bertepatan pada bulan Ramadhan tahun 1365 H. Peristiwa bersejarah ini persis terjadi hari Jumat. Perjuangan para pahlawan negara diawali sejak kedatangan bangsa Portugis.
Makalahsejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia BAB I. PENDAHULUAN. pengakuan Belanda atas beberapa daerah sebagai wilayah kaum Padri dan untuk sementara peperangan gelombang pertama berakhir. 2) Perang Padri Gelombang ke Dua 1829, di daerah pariaman. 1830, kaum Sejak runtuhnya Kerajaan Buleleng, perjuangan rakyat Bali mulai lemah
PerjuanganMempertahankan Kemerdekaan Sejak 1945 hingga tahun 1950 telah terjadi berbagai macam pertempuran antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda yang dibantu oleh pasukan Sekutu-Inggris. Pertempuran di Ambarawa terjadi pada tanggal 20 november 1945 dan berakhir pada tanggal 15 desember 1945.
Sejakkecil, Abdul Halim tergolong anak yang gemar belajar. sebagai anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Daerah (PB KNID) Cirebon. Selanjutnya ia aktif membantu perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Pada waktu Belanda melancarkan Agresi Militer II yang dimulai 19 Desember 1948, Abdul Halim aktif membantu kebutuhan logistik bagi
PertemuanBilateral Indonesia Belanda berturut-turut diadakan pada tahun 1952 dan 1954, namun hasilnya tetap sama, yaitu Belanda enggan mengembalikan Irian Barat kepada Indonesia sesuai hasil KMB. b. Melalui Forum PBB. Setelah perundingan bilateral yang dilaksanakan pada tahun dan 1954 mengalami kegagalan, Indonesia berupaya
PERJUANGANBANGSA INDONESIA MEREBUT. Wilayah Irian Baratmenjadi bagian dari jajahan Belanda sejak tahun 1828. Pada bulan Juli 1949 Belanda menguasai kesultanan Tidore, Pemerintah UNTEA berakhir pada tanggal 1 Mei 1963. Pemerintahan selanjutnya diserahkan kepada Indonesia. j.
1f55. Kawan-kawan, perjuangan bangsa Indonesia selama bertahun-tahun akhirnya mencapai kemerdekaan. Ini berarti perjuangan untuk merebut kemerdekaan sudah berakhir. Sejak proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia sudah menjadi negara yang merdeka. bangsa Indonesia terlepas dari belenggu penjajahan. Keberadaan Indonesia sebagai sebuah negara semakin kuat. Bangsa Indonesia memiliki perlengkapan negara dengan mengesahkan UUD. Selain itu, bendera negara, lagu kebangsaan, bahasa, dan tentara. Perjuangan kita selanjutnya mempertahankan kemerdekaan. Keberadaan negara Indonesia tidak diakui oleh Belanda. Bahkan Belanda berusaha menguasai kembali bangsa Indonesia. A Usaha Belanda dan Inggris Merongrong Kedaulatan Indonesia Bagaimana Belanda bisa kembali datang dan masuk ke Indonesia? Sekutu! Setelah kemenangan Sekutu atas Jepang tanggal 29 September 1945 tentara Inggris mendarat di Jakarta. Tentara Inggris dalam hal ini mewakili Sekutu. Pasukan tersebut dipimpin Letnan Jenderal Sir Philip Christison. Tentara Inggris datang ke Indonesia bertujuan melucuti tentara Jepang. Kedatangan Inggris diboncengi oleh NICA Netherlands Indies Civil Administration. NICA yaitu pemerintahan sipil Belanda atas Indonesia yang dipimpin oleh van Mook. Bangsa Indonesia yang semula menyambut baik kedatangan Inggris berubah memusuhi. Hal ini dikarenakan kedatangannya diboncengi NICA. Apalagi setelah NICA membentuk dan mempersenjatai KNIL Koniklijk Netherlands Indish Leger. KNIL yaitu tentara sewaan Kerajaan Belanda. Anggota KNIL adalah orang-orang yang dibebaskan dari tahanan Jepang di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. B Perlawanan Rakyat di Berbagai Daerah Bung Tomo Semenjak kedatangan tentara Sekutu yang diboncengi NICA, muncul banyak perlawanan di daerah. Semuanya bertujuan mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan bangsa. Berikut ini usaha-usaha rakyat Indonesia dalam mempertahankan Pertempuran di Surabaya 10 November 1945Perlawanan rakyat terhadap Sekutu terjadi di mana-mana, termasuk di Surabaya. Kejadian bermula sejak tentara Sekutu mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945. Pasukan Sekutu dipimpin oleh Jenderal Mallaby. Awalnya, kedatangan mereka disambut baik oleh rakyat. Kedatangan Sekutu hanya untuk membebaskan tawanan perang dan melucuti senjata Jepang. Pada tanggal 26 Oktober 1945, tentara Inggris menyerbu penjara Kalisosok, Surabaya. Penyerbuan itu di bawah pimpinan Kapten Shaw. Bahkan, tentara Inggris memasuki Kota Surabaya tanpa izin. Selain itu, mereka menduduki beberapa gedung secara pasukan Sekutu menimbulkan kemarahan dan kebencian rakyat. Rakyat bangkit dan mengadakan perlawanan terhadap Sekutu. Terjadilah pertempuran hebat. Pada tanggal 28 Oktober 1945, pos-pos pasukan Sekutu diserang tanggal 29 Oktober 1945, para pemuda dapat merebut kembali tempat-tempat yang dikuasai Sekutu. Dalam keadaan terjepit, Sekutu meminta kepada pemerintah Indonesia untuk menghentikan pertempuran. Presiden Soekarno dan Menteri Penerangan Amir Syarifuddin pun terbang ke Surabaya. Presiden meminta kepada rakyat Surabaya untuk menghentikan tanggal 30 Oktober 1945 tercapailah kesepakatan antara pemerintah Republik Indonesia dengan Sekutu. Sekutu berjanji akan meninggalkan Surabaya. Namun, pasukan Sekutu kembali tidak menepati janji. Akibatnya terjadi baku tembak lagi dengan rakyat di dekat Jembatan Merah, Surabaya. Dalam peristiwa tersebut Mallaby tewas. Peristiwa tersebut membuat terkejut dunia internasional. Pada tanggal 9 November 1945, Inggris mengeluarkan ultimatum ancaman. Isi ultimatum yaitu ”Semua pimpinan dan para pemuda Indonesia harus menyerahkan senjatanyakepada Inggris selambat-lambatnya pukul tanggal 10 November 1945. Jikasampai batas waktunya tidak menyerahkan senjata, maka Surabaya akan kamiserang dari darat, laut, dan udara”. Ultimatum tersebut tidak digubris oleh rakyat Surabaya. Sampai batas waktu yang ditentukan tidak seorang pun menyerahkan senjata kepada Inggris. Hal ini membuat Inggris melaksanakan ultimatumnya dengan menggempur bawah pimpinan Bung Tomo, Sungkono, dan Suryo, rakyat Surabaya menghadapi Sekutu. Pada tanggal 10 November 1945 pukul pagi, terjadilah pertempuran besar. Sekutu menyerang Kota Surabaya dari darat, laut, dan udara. Jumlah pasukan lebih dari orang. Arek-arek Surabaya dengan semangat tinggi terus mengadakan perlawanan. Mereka meneriakkan yel-yel ”Merdeka atau Mati!” dan ”Lebih baik mati daripada hidup dijajah” . Pertempuran berlangsung tidak seimbang, baik dari segi peralatan maupun jumlah pasukan. Namun, rakyat Surabaya tidak gentar dan terus memberikan perlawanan. Ribuan rakyat Surabaya menjadi korban dalam pertempuan tersebut. Untuk mengenang jasa atas kerberanian dan pengurbanan rakyat Surabaya, maka setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. 2. Palagan Ambarawa 21 November 1945Pada tanggal 20 November 1945, Sekutu mendarat di Semarang dipimpin oleh Brigadir Jenderal Bethel. Tujuannya mengurus tawanan tentara Jepang yang ada di Jawa Tengah. Sebagaimana kedatangannya di Surabaya, kedatangan Sekutu di Semarang juga disambut baik oleh rakyat. Akan tetapi, setelah mengetahui Sekutu datang diboncengi oleh NICA, maka sikap rakyat berubah. Kedatangan NICA dalam rombongan Sekutu tersebut membuat marah rakyat. Apalagi secara sepihak Sekutu mempersenjatai orang-orang Belanda yang ditawan di Ambarawa dan Magelang. Pertempuran antara Sekutu dan TKR Tentara Kemanan Rakyat tidak bisa dihindari lagi. Pada tanggal 26 November 1945, pimpinan TKR dari Puwokerto yaitu Letnan Kolonel Isdiman gugur dalam pertempuran. Akhirnya, pimpinan pertempuran diambil alih oleh Kolonel Kolonel Soedirman, menumbuhkan semangat baru bagi pasukan TKR. Pasukan TKR di bawah pimpinan Kolonel Soedirman menggunakan siasat gerilya. Pada tanggal 15 Desember 1945, TKR berhasil mengusir Sekutu. Dengan peristiwa tersebut, maka setiap tangggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infantri. Untuk mengenang pertempuran Ambarawa didirikanlah monumen Palagan Ambarawa. 3. Pertempuran Medan Area 10 Desember 1945Gelombang kedatangan pasukan Sekutu ke Indonesia memasuki kota Medan. Pasukan yang dipimpin Kelly mendarat di Medan tanggal 9 Oktober 1945 . Tugas tentara Sekutu adalah membebaskan tentara Belanda yang ditawan Jepang. Namun ternyata tawanan itu kemudian dipersenjatai dan dijadikan anggota KNIL. Tindakan ini membuat rakyat Medan marah. Di bawah pimpinan Ahmad Tahir, para pemuda membentuk laskar perjuangan dan TKR Sumatra Timur. Pada tanggal 13 Oktober 1945, terjadi sebuah insiden di sebuah hotel di Jalan Bali. Awalnya, anggota NICA merampas dan menginjak lencana Merah Putih milik seorang pemuda. Peristiwa tersebut memicu kemarahan para pemuda. Akhirnya berkembang menjadi pertempuran di berbagai terjadinya pertempuran tersebut, Sekutu mengeluarkan ultimatum. Isi ultimatum yaitu melucuti senjata yang dibawa para pemuda dan larangan membawa senjata. Puncak kemarahan rakyat Medan terjadi pada tanggal 1 Desember 1945. Waktu itu Sekutu memasang papan pembatas bertuliskan Fixed Boundaries Medan Areabatas wilayah kekuasaan Sekutu. TKR dan para pemuda pun mengadakan perlawanan. Pertempuran yang terjadi di Kota Medan dikenal dengan Pertempuran Medan Area. 4. Bandung Lautan Api 23 Maret 1946Tentara Sekutu mendarat di Bandung pada tanggal 17 Oktober 1945 dipimpin Jenderal Haw Torn. Pasukan NICA yang membonceng Sekutu berusaha mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Secara sepihak Sekutu meminta agar senjata yang dilucuti pasukan TKR dari tentara Jepang diserahkan kepada Sekutu. Tujuannya untuk menjaga keamanan bersama. Permintaan Sekutu tersebut tidak ditanggapi oleh rakyat Bandung. Namun, Sekutu justru mulai menduduki dan menguasai sejumlah kantor penting. Para pejuang pun bangkit mengadakan perlawanan terhadap Sekutu dan NICA. Tanggal 21 November 1945, Sekutu mengeluarkan ultimatum. Isi ultimatum agar para pejuang mengosongkan Kota Bandung bagian utara paling lambat 29 November 1945. Ultimatum tersebut tidak dihiraukan oleh para pejuang. Terjadilah pertempuran antara pejuang TRI dan Sekutu. Pertempuran berjalan tidak seimbang, sehingga para pejuang dan TRI tidak berhasil mempertahankan Bandung bagian utara. Akhirnya, Kota Bandung terbagi menjadi dua bagian. Bagian utara diduduki Sekutu dan Bandung selatan masih diduduki TRI. Pada tanggal 23 Maret 1946, Sekutu memberikan ultimatum kedua. Rakyat Bandung diminta menyerahkan senjata dan mengosongkan Bandung bagian selatan. Pada tanggal 23 Maret 1946, Sekutu memberikan ultimatum kedua. Rakyat Bandung diminta menyerahkan senjata dan mengosongkan Bandung bagian selatan. Akhirnya Kolonel Nasution bersama para tokoh pejuang Arudji Kartawinata bermusyawarah. Mereka mengambil keputusan untuk mematuhi perintah itu demi menjaga keselamatan rakyat dan pertimbangan politik. Namun mereka tidak bersedia menyerahkan Bandung bagian selatan dalam keadaan utuh. Atas perintah Kolonel Nasution, rakyat diungsikan keluar Kota Bandung. Setelah itu para pejuang dan TRI menyerang pos-pos Sekutu. Selanjutnya mereka membumihanguskan Kota Bandung bagian selatan. Serangan ini terjadi tanggal 23 Maret 1946 dipimpin oleh Arudji Kartawinata, Komandan TRI Bandung. Jadi, Kota Bandung ditinggalkan dalam keadaan bumi hangus. Hal ini dilakukan agar tidak bisa digunakan Sekutu. Peristiwa ini dikenal dengan Bandung Lautan Api. Seorang pejuang bernama Mohammad Toha gugur dalam peristiwa tersebut.
Jakarta - Perjuangan belum usai Jumat siang itu, 17 Agustus 1945. Proklamasi Kemerdekaan memang telah dibacakan, bendera merah putih pun dikibarkan dalam sebuah upacara yang khidmat, meski sederhana. Namun, jalan terjal yang harus dilalui republik baru bernama Indonesia, masih panjang. Kala itu, pasukan Jepang belum enyah. Mereka yang sudah kalah ditugasi menjaga status quo di Indonesia. Sementara, pasukan Sekutu yang hadir lewat Pelabuhan Tanjung Priok, dengan niat melucuti senjata para serdadu Jepang, ternyata tak datang sendirian. Sekutu dibonceng NICA Netherland Indies Civil Administration. Tujuan Belanda kembali datang sudah jelas ingin kembali menjajah. Mereka berniat membatalkan proklamasi yang gaungnya terlanjur tersebar ke penjuru Bumi. 27-12-1949 'Hari Kemerdekaan Indonesia' Versi Belanda 6 Fakta 'Mencengangkan' tentang Indonesia yang Diakui Dunia Terkuak, Isi Surat Ratu Elizabeth tentang Kematian Putri Diana... Rakyat yang tak ingin kembali terjajah, kembali melawan. Merdeka atau mati! Bambu runcing dihunus, taktik gerilya dilakukan, bedil-bedil rampasan dari tangan Jepang dikerahkan ke medan perang. Pertempuran pun pecah di mana-mana, di Surabaya, Semarang, Ambarawa, Medan Area, hingga Bandung Lautan Api. Tak hanya lewat pertempuran, perjuangan juga dilakukan lewat jalur diplomasi. Indonesia yang masih seumur jagung harus mendapatkan pengakuan. Kedaulatan RI mutlak harus diakui bangsa lain. Tanah tumpah darah tak boleh lagi jatuh ke tangan penjajah. "Kalau kita lihat sejarah, kemerdekaan ini kita rebut tidak saja menggunakan senjata tapi diplomasi kita sudah bergerak untuk memperoleh atau untuk memperjuangkan kemerdekaan itu sendiri," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, kepada "Terutama dalam konteks diplomasi. Untuk mendapat pengakuan atas negara baru Republik Indonesia." Saksikan video wawancara dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berikut ini Timur Tengah menjadi yang pertama memberikan pengakuan. Dimulai dari Mesir pada 10 Juni 1947. Eksistensi Indonesia juga diperjuangkan lewat jalur perundingan - Linggarjati, Renville, Roem-Roijen, hingga Konferensi Meja Bundar. Pada 27 Desember 1949, Belanda secara resmi menyerahkan kedaulatan ke Republik Indonesia. "Kedua negara Belanda dan Indonesia tak lagi saling berlawanan, kini kita berdiri berdampingan," kata Ratu Belanda Juliana kala itu, sesaat setelah naskah penyerahan kedaulatan ditandatangani. Proklamator, Mohammad Hatta yang hadir dalam pertemuan Konferensi Meja Bundar KMB menekankan pentingnya penyelesaian damai terkait konflik dua negara. Hatta yang lancar bicara Belanda kala itu memilih Berbahasa Indonesia. "...Bangsa Indonesia dan Bangsa Belanda, kedua-duanya akan mendapat bahagianya. Anak cucu kita, angkatan kemudian akan berterima kasih pada kita," kata dia. Akhirnya, seluruh rakyat Indonesia bisa bernafas lega. Diplomasi panjang membuahkan hasil. "Tanggal 27 Desember 1947 itu sungguh merupakan suatu saat yang amat penting. Berpuluh-puluh negara di dunia menunggu saat itu untuk mengakui Indonesia," seperti dikutip dalam buku Mohamad Roem Diplomasi Ujung Tombak Perjuangan RI. "Dan, sejak itu, seperti berlomba-lomba negara-negara mengakui Indonesia dan membuka perwakilan diplomatiknya di Jakarta." Lantas, apa pentingnya pengakuan dari negara lain? Lihat Taiwan dan Kosovo, selain pengakuan, segala syarat untuk jadi negara yang diatur dalam Konvensi Montevideo 1933 tentang Hak dan Tugas Negara sudah terpenuhi. Secara de facto keduanya memiliki rakyat, wilayah permanen, dan pemerintahan. Sayangnya, mereka tidak mendapat pengakuan dari seluruh negara di dunia. * Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, Indonesia masih menghadapi banyak tantangan. Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, Sekutu merebut kembali Indonesia. Hal ini menyebabkan beberapa perang di berbagai daerah. Peperangan yang terjadi antara lain Pertempuran Surabaya, Pertempuran Ambarawa dan Laut Api Bandung. Beberapa perjanjian yang mempertahankan kedaulatan Indonesia untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan. Maka kedua belah pihak mengadakan beberapa negosiasi dan pertemuan dan membentuk beberapa kesepakatan. Perjanjian yang Mempertahankan Kedaulatan Indonesia Berikut ini perjanjian yang mempertahankan kedaulatan Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan 1. Perjanjian Linggarjati 25 Maret 1947 Perundingan pasca proklamasi pertama antara Indonesia dan Belanda adalah perundingan Linggarjati. Perundingan berlangsung pada tanggal 10-15 November 1946 di Subang, Jawa Barat dan disahkan pada tanggal 25 Maret 1947. Perwakilan Indonesia adalah Sutan Sjahrir, dan perwakilan Belanda adalah Prof. Schermerhorn. Berikut ini isi Perjanjian Linggarjati yang disepakati Belanda mengakui Republik Indonesia secara de facto atas Jawa, Madura, dan Sumatra Dibentuknya beberapa negara-negara federal dengan nama Republik Indonesia Serikat, dimana RI menjadi salah satu negara bagiannya Pembentukan Uni Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda sebagai kepala uni 2. Perjanjian Renville 17 Januari 1948 Setelah perjanjian sebelumnya, Belanda tetap melanggar perjanjian tersebut dan sekaligus melakukan invasi militer pertama pada tanggal 21 Juli 1947 di kota-kota besar di Jawa dan Sumatera. Masyarakat internasional mengecam tindakan Belanda yang melanggar kesepakatan tersebut. PBB kemudian turun tangan dengan membentuk Komisi Tripartit KTN untuk menyelesaikan masalah tersebut. Anggota KTN yaitu Australia Richard C. Kirby mewakili Indonesia, Belgia Paul Van Zeeland mewakili Belanda dan Amerika Serikat sebagai perantara Prof. Graham. Sidang kedua ini tentang masalah invasi Belanda, berlangsung pada tanggal 17 Januari 1948, di atas kapal USS Renville. USS Renville merapat di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Amir Sharifuddin, dan Belanda memilih seorang Indonesia bernama R. Abdulkadir Wijoyoatmojo sebagai ketua. Berikut ini isi perjanjian Renville yang disepakati Belanda tetap berdaulat sampai terbentuknya RIS RI memiliki kedudukan sejajar dengan Belanda RI menjadi bagian RIS dan akan diadakan pemilu untuk membentuk Konstituante RIS Tentara Indonesia di daerah Belanda atau daerah kantong harus dipindahkan ke wilayah RI 3. Perjanjian Roem-Royen 7 Mei 1949 Lagi-lagi Belanda mengingkari janjinya dengan melakukan Invasi Militer II. Akibat penyerangan tersebut, Indonesia mendirikan Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Bukittinggi, Sumatera Barat, untuk menggantikan Presiden Sukarno. Presiden sementara saat itu adalah Syafruddin Prawiranegara. Tindakan Belanda ini kembali dikecam keras oleh dunia internasional. Negosiasi dilanjutkan kembali pada 7 Mei 1949. Sidang ini disebut sidang Roem Royen dan digelar di Jakarta. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Bapak Moh. Roem dan perwakilan dari Belanda, Dr. Van Royen. Kesepakatan tersebut ditengahi oleh seorang fasilitator UNCI bernama Merle Cochran dengan isi perjanjian Roem Royen berikut ini Menghentikan perang gerilya dan Indonesia-Belanda bekerja sama memelihara ketertiban dan keamanan Kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta dan bersedia turut serta mengikuti Konferensi Meja Bundar yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat 4. Konferensi Inter-Indonesia 19-30 Juli 1949 Pertemuan Inter-Indonesia ini digelar sebelum Konferensi Meja Bundar digelar. Pertemuan itu dihadiri oleh RI dan BFO Bijeenkomst voor Federal Overleg, atau badan penasehat federal yang terdiri dari negara-negara boneka buatan Belanda. Perundingan ini berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 19-22 Juli 1949 dan dilanjutkan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1949. Sebagai hasil dari pertemuan tersebut, terbentuklah negara yang disebut RIS, APRIS Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Serikat adalah angkatan bersenjata nasional, dan TNI menjadi inti dari APRIS. 5. Konferensi Meja Bundar 2 November 1949 Menurut hasil Perjanjian Roem Royen, Konferensi Meja Bundar KMB diadakan di Den Haag, Belanda, dari 23 Agustus hingga 2 November 1949. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Dr. dan delegasi BFO oleh Sultan Hamid II. Isi perjanjian Konferensi Meja Bundar seperti berikut ini Belanda mengakui kedaulatan Indonesia paling lambat 30 Desember 1949 Indonesia berbentuk negara serikat dan merupakan sebuah uni dengan Belanda Uni Indonesia-Belanda dipimpin oleh Ratu Belanda Permasalahan Irian Barat yang merupakan daerah perselisihan akan diselesaikan dalam waktu satu tahun Hasil dari negosiasi tersebut adalah maksimal yang bisa dicapai, meski banyak pihak yang tidak puas. Pada 27 Desember 1949, Belanda menyerahkan kedaulatan kepada RIS. Belanda juga diusir dari wilayah Republik Indonesia, dan diadakan upacara untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Ini merupakan tindak lanjut dari temuan KMB. Perjuangan Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan telah melalui perjalanan panjang. Indonesia terus memperjuangkan pengakuan kemerdekaan. Semua berjuang untuk mempertahankan kedaulatan. Buku Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia Jilid 7 Kisah2 Zaman Revolusi Kemerdekaan yang ditulis Rosihan Anwar berkisah tentang zaman revolusi kemerdekaan 1945-1949. Sebagai seorang jurnalis, setiap sisi cerita memiliki keunikannya masing-masing bagiannya. Penulis mengisahkan bagaimana keadaan revolusi, seperti Jakarta setelah proklamasi dan Jakarta menuju menjelang clash ke-1, dan peristiwa lainnya. Selain catatan sejarah peristiwa sebelum dan sesudah Perang Revolusi, ia juga menceritakan pengalaman pribadi selama revolusi. Antara lain, kisah Rosihan pada 10 November 1946 di Linggarjati saat menjabat sebagai abdi Lord Killearn. Ketika dia berkesempatan menghadiri rapat kabinet di Yogyakarta pada tanggal 5 Februari 1947. Pada penandatanganan Perjanjian Linggarjati pada tanggal 25 Maret 1947, ia menjadi penyiar keterangan saksi mata RRI. Sampai diangkat oleh Jenderal Soedirman pada tanggal 7 Juli 1949. Ini adalah memoar jurnalis senior Rosihan Anwar, yang mencatat tahun-tahun awal perjuangan nasional untuk kemerdekaan. Buku ini bisa kamu pesan dan beli di Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya. promo diskon
- Panglima Besar Jenderal Soedirman sempat berselisih paham dengan Presiden Sukarno ketika Belanda melancarkan agresi militer keduanya pada akhir Desember 1948. Soedirman dengan tegas menolak upaya diplomasi karena Belanda berkali-kali ingkar janji. Sedangkan Sukarno masih percaya bahwa diplomasi menjadi jalan terbaik untuk mewujudkan kemerdekaan RI yang mengajak presiden untuk bergerilya bersamanya, namun Sukarno tetap bertahan di ibukota, Yogyakarta. Kekhawatiran sang panglima besar menjadi kenyataan. Sukarno, Mohammad Hatta, dan para pejabat penting negara ditangkap Belanda, kemudian diasingkan ke luar Soedirman tidak mengira, ternyata perjuangan lewat diplomasi terus berlanjut. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia PDRI di Bukittinggi, Sumatera Barat, bertugas menjaga eksistensi negara. Sementara di mancanegara, para personil Kementerian Luar Negeri beserta sejumlah tokoh Indonesia lainnya bergerak, menggalang dukungan dari dunia juga Jalan Perlawanan Mantan Pentolan PDRI Amir Sjarifoeddin Perdana Menteri, Kiri, dan Dihukum Mati Sukarno-Hatta Dwitunggal yang Tanggal Soedirman wafat pada 29 Januari 1950 setelah bergerilya dalam kondisi sakit. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, sang jenderal tersenyum lega. Jalur perundingan yang semula disangsikannya membuahkan hasil kendati harus dilakoni dengan proses yang tidak mudah. Indonesia menjadi negara berdaulat penuh berkat andil para pejuang diplomasi, termasuk mereka yang bernaung di Kementerian Luar Negeri dari Meja ke Meja Tanggal 19 Agustus 1945, dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan RI atau tepat hari ini 73 tahun lalu, Kementerian dulu ditulis Kementrian Luar Negeri berdiri, bersamaan dengan dibentuknya Kabinet Presidensial, kabinet pertama setelah Indonesia Soebardjo, yang semasa era pergerakan nasional berpengalaman dalam urusan internasional bersama Hatta, ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri RI yang pertama. Namun, ia menempati jabatan ini hanya beberapa pekan saja sampai 14 November 1945, lalu digantikan Soetan Sjahrir. Kelak, Soebardjo kembali menjadi Menlu sejak 27 April 1951. Baca juga Pardjo, Ajudan Jenderal yang Dua Kali Jadi Menteri Kelahiran TNI Mulanya Tidak Direstui Ulah Belanda Memantik Murka Rakyat Surabaya Bulan April 1946, untuk pertamakalinya pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri, mengirimkan misi diplomatik pertamanya, yakni ke Belanda untuk berunding dengan pihak Sekutu. Agustus di tahun yang sama, Kemenlu berperan mengirimkan bantuan beras untuk rakyat India yang sedang diterpa misi diplomasi resmi pertama yang diteken Kemenlu RI adalah Perundingan Linggarjati pada 25 Maret 1947. Sjahrir bersama Soesanto Tirtoprodjo, Mohammad Roem, dan Gani maju ke meja perundingan, berhadapan dengan delegasi Belanda yang diisi oleh Wim Schermerhorn, van Mook, Maz van Poll, dan Lord sejumlah poin yang disepakati dalam Perundingan Linggarjati, termasuk gencatan senjata, ternyata dilanggar oleh Belanda, dengan dalih perbedaan tafsir. Abdul Haris Nasution dalam Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia 1991 mengungkapkan, Belanda berulah dan memicu bentrokan di beberapa daerah hlm. 439. Akibatnya, terjadilah Agresi Belanda I sejak 21 Juli 1947. Pemerintah RI melalui Kemenlu tentu saja tidak tinggal diam. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa DK-PBB didesak supaya menindak Belanda. PBB langsung merespons dengan mengeluarkan resolusi tertanggal 1 Agustus 1947 berisi peringatan agar konflik bersenjata dihentikan. Ultimatum PBB dan kecaman dunia internasional membuat nyali Belanda ciut. Tanggal 15 Agustus 1947, dikutip dari buku Sejarah Revolusi Indonesia 1989 karya Nyoman Dekker, pemerintah Kerajaan Belanda menyatakan akan menerima resolusi DK-PBB untuk menghentikan agresi militernya hlm. 75.Tanggal 8 Desember 1947, meja diplomasi kembali digelar, di atas Kapal USS Renville milik Amerika Serikat yang sedang bersandar di perairan Jakarta. Kali ini, Sjahrir sudah tidak lagi menjabat sebagai Menlu RI, digantikan oleh Haji Agus Salim –negarawan senior mantan tokoh Sarekat Islam SI – yang menjabat sejak 3 Juli 1947. Bersama Perdana Menteri Amir Syarifudin, juga Ali Sastroamijoyo, Dr. Tjoa Sik Len, Mohammad Roem, Mr. Narsun, Dr. J. Leimena, dan Ir. Juanda, Agus Salim mewakili Indonesia dalam Perundingan Renville Mukayat, Haji Agus Salim, The Grand Old Man of Indonesia, 1981 74.Baca juga Alotnya Perundingan Roem-Royen Menuju Kedaulatan RI Manuver AS Merugikan Indonesia di Perjanjian Renville Agresi Militer I Saat Belanda Mengingkari Perjanjian Linggarjati Perundingan Renville diadakan untuk menentukan batas antara wilayah Indonesia dengan wilayah Belanda atau yang disebut sebagai Garis van Mook. Kendati sebenarnya isi perjanjian ini lebih menguntungkan kubu Belanda, delegasi Indonesia terpaksa sepakat demi menghindari konflik perundingan yang dianggap merugikan Indonesia inilah yang membuat Jenderal Soedirman kian tidak percaya kepada Belanda. Begitupula dengan kelompok gerilyawan lainnya, termasuk Maridjan Kartosoewirjo yang membentuk Darul Islam/Tentara Islam Indonesia DI/TII, juga pecahnya pemberontakan Partai Komunis Indonesia PKI di Madiun ala Musso pada 18 September Diplomasi Tanpa Henti Belanda lagi-lagi melanggar kesepakatan. Tanggal 19 Desember 1948, terjadi Agresi Militer Belanda II. Para pimpinan negara Indonesia, termasuk Sukarno, Hatta, dan Agus Salim, ditawan. Beruntung, PDRI berhasil dibentuk di Bukittinggi, Sumatera Barat, sebagai bukti bahwa negara Indonesia masih yang dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara, merangkap jabatan sejumlah menteri termasuk Menteri Luar Negeri, tidak hanya bergerak di dalam negeri saja, melainkan juga terus menjalin koneksi dengan tokoh-tokoh Indonesia yang sedang berada di 31 Maret 1949, Syafruddin Prawiranegara mengumumkan penyempurnaan susunan pimpinan PDRI, di dalamnya tercatat Alexander Andries Maramis, sebagai Menteri Luar Negeri yang berkedudukan di New Delhi, juga Palar, Perwakilan Indonesia Pertama di PBB yang Terlupakan Syafruddin Prawiranegara Menyelamatkan Republik, Lalu Membelot Pendidikan Tanpa Sekolah ala Agus Salim Selain Maramis selaku Menlu PDRI, ada pula para pejuang diplomasi lainnya di luar negeri, seperti Dr. Soedarsono sebagai wakil RI di India, Soemitro Djojohadikoesoemo yang saat itu sedang di Amerika Serikat untuk menjalin kerjasama ekonomi, juga Lambertus Nicodemus Palar Rosihan Anwar, Sejarah Kecil “Petite Histoire” Indonesia Volume 3, 2004 119.Nama yang disebut terakhir, LN. Palar, sejatinya sudah cukup lama berjuang di luar. Ia adalah perwakilan Indonesia di PBB sejak 1947, dan menjadi pahlawan RI di forum internasional manakala Belanda melanggar perjanjian yang telah Maramis, dan lainnya terus bergerilya dari negara ke negara ketika masa-masa darurat pada 1949 itu. Mereka, misalnya, diundang Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru, untuk menghadiri Konferensi Inter-Asia di New Delhi pada 20-23 Januari 1949 yang khusus membahas persoalan Indonesia. Dikutip dari Harry A. Poeze dalam buku Di Negeri Penjajah Orang Indonesia di Negeri Belanda 1600-1950 2008, Palar dan kawan-kawan terus melobi PBB agar sekali lagi bersikap tegas terhadap Belanda, hingga menghasilkan Resolusi DK-PBB tanggal 28 Januari 1949 hlm. 380.Resolusi DK-PBB membuat Belanda semakin terdesak, ditambah pula dengan terjadinya Serangan Umum 1 Maret 1949. Dilangsungkanlah Perundingan Roem-Royen yang berlangsung cukup alot sedari tanggal 14 April 1949 di Hotel Des Indes, 7 Mei 1949, Perundingan Roem-Royen ditandatangani yang menghasilkan kesepakatan bahwa akan diadakan Konferensi Meja Bundar KMB untuk membahas rencana penyerahan kedaulatan penuh serta tanpa syarat dari Belanda kepada juga Warisan Utang Belanda Tumbal Pengakuan Kedaulatan Resolusi PBB yang Menghentikan Agresi Militer Belanda Mohammad Natsir Berdiri di Antara Islam dan Negara KMB diselenggarakan secara berkelanjutan dari 23 Agustus 1949 ketika posisi Menteri Luar Negeri dijabat kembali oleh Haji Agus Salim. Pada periode itu, Agus Salim juga gencar menggalang sokongan dari dunia internasional agar mendukung 20 Desember 1949, jabatan Menlu dilanjutkan oleh Hatta yang berjasa besar dalam negosiasi yang berlangsung tidak mudah. KMB pun menjadi rangkaian awal bagi Indonesia untuk menjadi negara yang seutuhnya. Dan, sejak 27 Desember 1949, Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara Lanjutan dan Terkini Selepas 1950, pemerintah disibukkan dengan urusan-urusan dari dalam negeri sendiri, terutama mengatasi pihak-pihak yang mengancam keutuhan negara. Sepanjang periode itu, posisi Menlu bergantian dijabat oleh Mohammad Roem, Mohammad Natsir, Achmad Soebardjo, Wilopo, Moekarto Notowidigdo, Soenario Sastrowardoyo, Ide Anak Agung Gde Agung, Roeslan Abdulgani, hingga dasawarsa berselang, Menlu Soebandrio mengemban tugas utama yaitu perjuangan merebut kembali Irian Barat. Pada awal dekade 1960 itu, wilayah Irian Barat masih menjadi sengketa antara Indonesia dengan Belanda karena belum ada titik temu saat KMB Amarulla Octavian, Militer dan Globalisasi, 2012 139.Richard Chauvel dalam Constructing Papuan Nationalism 2005 memaparkan, sengketa Irian Barat, yang ternyata juga melibatkan Amerika Serikat, akhirnya dibahas melalui Perjanjian New York. Isinya, Belanda harus menyerahkan Papua bagian barat kepada Indonesia selambat-lambatnya tanggal 1 Mei 1963 hlm. 30.Persoalan Irian Barat nyaris tuntas kendati direcoki oleh kepentingan Amerika. Di sisi lain, situasi di dalam negeri justru diguncang tragedi. Peristiwa Gerakan 30 September G30S 1965 menjadi sinyal berakhirnya era Orde Lama pimpinan Presiden Sukarno, dan mulai beralih ke rezim Orde Baru yang dimotori juga Orde Baru Membunuh Sukarno Pelan-Pelan Ambisi Amerika di Balik "Pembebasan" Irian Barat Adam Malik Pengikut Tan Malaka yang Menjadi Wapres Soeharto Selama Orde Baru, fokus Departemen Luar Negeri nama anyar untuk Kementerian Luar Negeri, lebih fokus untuk mempererat jaringan internasional, dengan mengusung prinsip bebas-aktif serta tidak memihak, di antaranya melalui Gerakan Non-Blok, ASEAN, APEC, G-15, G-20, dan itu, Departemen Luar Negeri RI juga berjuang untuk mewujudkan pengakuan terhadap Indonesia sebagai negara kepulauan dalam perjuangan hukum laut atau UNCLOS United Nation Convention on Law of the Sea, serta menggalang pengakuan internasional untuk Orde Baru tumbang pada 1998, dilanjutkan era reformasi hingga pemerintahan Presiden Jokowi sejak 2014, Kemenlu RI yang dipimpin Menlu Retno Marsudi mengemban tugas utama untuk memagari potensi disintegrasi bangsa, membantu pemulihan ekonomi dan peningkatan citra Indonesia, serta meningkatkan kualitas pelayanan dan perlindungan WNI di luar negeri. - Humaniora Penulis Iswara N RadityaEditor Nuran Wibisono
Penduduk salah satu desa di dataran tinggi Papua, di wilayah Indonesia paling timur, kini kembali ke kampungnya dan menemukan puing-puing rumah mereka yang hangus perempuan tampak terpuruk sedih di rerumputan, ketika sejumlah pria menggali lubang untuk mencari mayat orang-orang yang tak bisa menyelamatkan diri dari pertumpahan terasa sesak dipenuhi suara tangis yang mata yang berhasil melarikan diri dari serangan itu mengaku melihat bom dijatuhkan dari helikopter-helikopter pasukan keamanan situasi setelah perang rahasia yang terjadi hanya beberapa ratus kilometer di utara benua Australia, terekam dalam video yang diperoleh program Foreign Correspondent dari ABC akhir 2018, separatis Papua Barat telah terlibat dalam eskalasi pertempuran mematikan dengan pasukan keamanan Indonesia ketika mereka melancarkan kembali upaya merebut kemerdekaan yang sudah berlangsung beberapa dekade. Kelompok separatis bersenjata di dataran tinggi Papua.SuppliedIndonesia telah berupaya untuk menahan penyebaran berita konflik ini, membatasi media asing memasuki kedua provinsi di Papua, dan bahkan memutus akses internet kawasan itu di saat puncak orang terbunuh dan pihak berwenang setempat mengatakan sekitar warga Papua kini terlantar, namun angka ini dibantah Indonesia yang menyatakan hanya warga yang melarikan pemicu gelombang kekerasan saat ini adalah proyek jalan Trans Papua sepanjang km, namun perjuangan kemerdekaan Papua telah bermula di era Perang gerakan kemerdekaan Pemimpin gerakan Papua Merdeka Victor Yeimo bersembunyi setelah aksi-aksi protes tahun lalu.Foreign Correspondent Greg Nelson ACSHari masih sangat dini ketika pemimpin gerakan kemerdekaan Papua Barat Victor Yeimo muncul dari melakukan perjalanan sepanjang malam melintasi perbatasan Indonesia ke Papua Nugini untuk wawancara eksklusif dengan program Foreign Correspondent sebelumnya pernah dipenjara oleh pihak berwenang Indonesia. Dia khawatir akan ditangkap kembali."Sepanjang hidupku saya selalu dengan nyawaku," katanya. "Bukan hanya nyawaku, saya juga khawatir dengan kehidupan rakyatku." Pendukung Papua Merdeka bertemu di Papua Nugini.Foreign Correspondent Greg Nelson ACSYeimo merupakan generasi aktivis baru dan berani menuntut kemerdekaan Papua. Dia mendorong digelarnya referendum kemerdekaan rakyat Papua."Bagi kami lebih baik bertarung sebelum mati, demi martabat kami," katanya. "Berjuang adalah tugas, peran generasi muda seperti saya."Pulau Papua dibagi oleh garis perbatasan. Di timur menjadi Papua Nugini yang merdeka dan di belahan baratnya adalah propinsi Papua dan Papua Barat, yang secara kolektif dikenal sebagai Papua Barat oleh para aktivis kemerdekaan. Aktivis Papua Merdeka menyatakan propinsi Papua dan Papua Barat harus menjadi negara sendiri terpisah dari Indonesia.Foreign Correspondent Andres Gomes IsazaPapua berada di bawah kekuasaan Indonesia selama lebih dari 50 tahun setelah diserahkan dalam perjanjian yang disahkan PBB saat era Perang tahun 1969, Indonesia mengadakan penentuan pendapat rakyat yang disebut 'Act of Free Choice'. Tapi hanya lebih dari seribu warga Papua yang diizinkan untuk menyatakan menang dengan suara bulat. Sementara kebanyakan warga Papua merasa dirampok dan gerakan kemerdekaan pun lahir. Warga Papua memberikan suara dalam Penetuan Pendapat Rakyat Pepera di tahun 1969. Banyak pihak merasa pemilihan itu berlangsung tidak Indonesia menyatakan kedua propinsi ini telah diberikan "status otonomi khusus dengan hak istimewa untuk memastikan partisipasi rakyat Papua dalam pembangunan".Tapi aktivis Papua Barat menilai otonomi khusus bukanlah solusi. Mereka menginginkan kemerdekaan dari Indonesia dan "solusi final yang demokratis"."Indonesia mencoba memberi kami pembangunan," kata Yeimo. "Itu bukan aspirasi kami."Pemicu perjuangan Berkelok-kelok sepanjang ribuan kilometer membelas hutan lebat dan melintasi puncak dataran tinggi, Jalan Raya Trans-Papua dalam waktu dekat akan menghubungkan Propinsi Papua dan Propinsi Papua menyatakan proyek infrastruktur ini penting karena akan meningkatkan transportasi dan akses ke pasar dan layanan bagi penduduk di wilayah ini. Membelah dataran tinggi terpencil, Jalan Raya Trans Papua sepanjang 4000 km dinilai oleh aktivis Papua Merdeka sebagai upaya Indonesia untuk lebih mengontrol wilayah tersebut.Foreign CorrespondentNamun warga Papua khawatir jalan raya ini akan membantu militer Indonesia dan membuka tanah mereka yang kaya sumber daya alam untuk dieksploitasi oleh kepentingan bisnis luar, dengan mengorbankan masyarakat bulan Desember 2018, proyek jalan raya yang ditentang penduduk itu menjadi pemicu konflik yang separatis bersenjata Papua menyergap dan membantai setidaknya 16 pekerja jalan di Nduga, sebuah kabupaten di dataran tinggi tengah Papua. Lokasi pengepungan pekerja jalan trans Papua oleh kelompok separatis. Kejadian ini mendahului terjadinya serangkaian kekerasan.SuppliedIndonesia membalas pembantaian yang dilakukan kelompok separatis dengan menerjunkan ratusan polisi dan tentara, memburu mereka yang bertanggung jawab atas serangan Foreign Correspondent memperoleh pernyataan independen para saksi mata dari warga sipil yang melarikan diri dari desanya, mencari perlindungan di hutan."Mereka mendatangkan helikopter-helikopter yang terbang di atas desa kami dan melakukan pemboman," kata Irian Kogoya kepada program ABC ini."Penduduk dibunuh, ditangkap, disiksa, dipaksa menggali lubang sehingga ketika mereka terbunuh akan disembunyikan di sana," ujarnya. Salah satu grafiti yang Papua Nugini menunjukkan Bendera Bintang Kejora, lambang Papua Merdeka.Foreign Correspondent Greg Nelson ACSIndonesia membantah menggunakan bom tetapi mengakui adanya penggunaan granat selama operasi Kogoya, tokoh masyarakat di Wamena mengatakan, dia berhenti menghitung jumlah korban mati dan terluka dari serangan saat ini merawat anak-anak pengungsi yang trauma. Dari 220 orang yang berlindung di dekat desanya, kebanyakan adalah anak-anak. Egianus Kogoya memimpin pasukan bersenjata untuk melawan angkatan bersenjata Indonesia.SuppliedSeorang anak yang tinggal bersama Raga Kogoya menceritakan apa yang dia alami kepada program ABC."Ketika pengeboman pertama terjadi, mereka membunuh ayahku," ujarnya."Saya merasa hancur. Indonesia harus bertanggung jawab karena mereka membunuh ayahku," tragis dari kekerasan ini, anak-anak berusia 12 tahun pun terseret ke dalam pasukan pejuang kemerdekaan yang dipimpin oleh Egianus Kogoya yang baru berusia 19 tahun. Egianus masih sepupu dengan tentara anak-anak dilarang berdasarkan hukum internasional."Anak-anak tidak bergabung karena Egianus meminta mereka melakukannya. Mereka yang ayahnya ditembak, disiksa, kemudian mati - akibatnya banyak yang akan ikut," katanya."Banyak anak sekolah di Nduga yang ikut perang," tambah muncul sejumlah video yang menunjukkan dugaan pelanggaran hak asasi manusia oleh pihak klip dari video tersebut memperlihatkan kuburan yang tak begitu dalam, berisi mayat tiga perempuan Papua dan dua anak-anak. Aktivis HAM mengklaim korban ini ditembak oleh aparat keamanan Indonesia. Tentara anak-anak di antara pasukan bersenjata pimpinan Egianus Kogoya.SuppliedIndonesia membantah telah melakukan pelanggaran HAM dan menyatakan aparat keamanan mereka merupakan "organisasi militer profesional yang tunduk pada kode etik yang ketat dan aturan prosedur dalam melakukan operasi, termasuk kewajiban untuk menghormati dan mempromosikan HAM"."Prinsip-prinsip HAM juga telah dimasukkan ke dalam rules of engagement," pernyataan dari Kedutaan Besar RI di RI juga mengatakan Komnas HAM RI "saat ini melakukan penyelidikan terhadap insiden di Nduga serta kerusuhan di sejumlah tempat di Papua, termasuk di Wamena pada Agustus 2019".Komnas HAM yang dihubungi ABC di Jakarta mengatakan "tidak menyelidiki insiden Nduga namun terbuka untuk menyelidiki insiden Nduga jika ada bukti-bukti baru di masa depan".Para aktivis HAM saat ini mendesak agar PBB diizinkan mengakses Nduga untuk melakukan penyelidikan di sana. Indonesia menerjunkan ribuan polisi ke popinsi Papua dan Papua Barat.SuppliedSampai kini belum terlihat akhir dari konflik ini. Beberapa anggota separatis bersenjata mengatakan akan terus menyerang warga sipil Indonesia yang bekerja bersama aparat keamanan."Kami akan membunuh, kami akan berperang," kata Sebby Sambom, juru bicara kelompok bersenjata yang kini berbasis di Papua Nugini. "Kami akan terus berjuang tanpa kompromi."Sementara Raga Kogoya bertekad memperingatkan dunia luar tentang apa yang terjadi di negaranya. Ia khawatir gerakan Papua Barat akan melemah dan masyarakat adat akan "musnah"."Mereka dibunuh dan disembelih seperti binatang," internetPecahnya aksi-aksi kekerasan baru pada bulan Agustus 2019 membuat Indonesia memutus kemampuan warga Papua untuk menyebarkan berminggu-minggu terjadi pertumpahan darah, Indonesia melakukan pemblokiran internet untuk Papua. Namun video, foto, dan laporan tertulis terus mengalir merebak awal Agustus lalu ketika sekelompok mahasiswa Papua dikepung di asrama mereka di Surabaya, menyusul laporan mengenai bendera Merah Putih yang dirusak di pun berkumpul dan melakukan pelecehan rasial terhadap mahasiswa Papua, termasuk menyebut mereka sebagai reaksi, di Papua ribuan orang, kebanyakan mahasiswa dan pelajar, turun ke jalan menuntut diakhirinya rasisme dan menuntut damai dengan cepat berubah menjadi kekerasan, demonstran dan aparat keamanan bentrok. Kelompok-kelompok milisi sipil pun bergabung dalam aksi konflik mengerahkan polisi dan tentara ke Papua Barat dan Papua untuk memadamkan 28 Agustus, aparat keamanan Indonesia menembaki para pengunjuk rasa di Kota Deiyai. Video kejadian itu diunggah di jejaring sosial dan menyebar berdalih aparatnya bertindak untuk membela diri dan massa "mengabaikan permintaan aparat dan menyerang mereka dengan panah"."Aparat penegak hukum berusaha membubarkan kerumunan dengan tembakan peringatan dan gas air mata tapi serangan [terhadap mereka] berlanjut," kata Kedubes RI dalam sebuah penegak hukum "dipaksa untuk menembak, sesuai dengan tanggung jawab mereka dalam memulihkan ketertiban umum".Sebuah laporan gereja dan laporan media setempat di Papua mengatakan aksi demo berubah menjadi aksi kekerasan, setelah seorang pemuda Papua ditabrak mati oleh kendaraan aparat keamanan Indonesia. Victor Yeimo bertekad untuk terus memperjuangkan kemerdekaan Papua. Perang di wilayah Indonesia timur ini belum tampak kapan akan berakhir.SuppliedVictor Yeimo berharap adanya solusi damai atas konflik ini. Ia juga berharap impian kemerdekaan Papua Barat akan menjadi kenyataan di masa hidupnya."Setelah malam hari, akan terbit matahari di pagi hari," ujarnya."Rakyat Papua Barat berharap agar suatu hari kelak Bintang Kejora akan bangkit," oleh Farid M. Ibrahim dari artikel aslinya dalam Bahasa tayangan program Foreign Correspondent pada Selasa 12/05/2020 pukul 800 malam waktu Australia Timur AEST di ABC TV dan streaming di iview, Facebook dan YouTube.
perjuangan merebut kemerdekaan berakhir sejak